Kue Wajeb, aku mikir, “Wajib? Maksudnya apa nih? Harus makan gitu?” Tapi ternyata bukan, teman-teman. Ternyata “Wajeb” itu nama kuliner kue tradisional khas Jepara yang sudah mulai jarang banget ditemui. Dan setelah aku coba—ya ampun, kenapa aku baru tahu sekarang?
Kalau kamu suka yang manis legit dan kenyal-kenyal gimana gitu, kamu bakal jatuh cinta sama kue wikipedia ini. Tapi bukan cuma soal rasa aja. Pengalaman aku mencoba dan akhirnya bikin sendiri kue wajeb ini tuh bikin aku sadar, betapa banyak warisan kuliner yang kita anggap sepele—padahal luar biasa!
Awal Mula Aku Kenal Kue Wajeb
Contents
Jadi ceritanya, aku lagi jalan-jalan ke Jepara, kota kecil di Jawa Tengah yang tenang banget dan terkenal dengan ukiran kayunya. Tapi hari itu, fokusku bukan ke kerajinan—melainkan ke pasar tradisional. Aku tuh suka banget eksplor makanan daerah, apalagi yang belum pernah aku lihat.
Nah, di satu sudut pasar, aku lihat ada ibu-ibu jualan kue yang dibungkus daun pisang. Warnanya cokelat tua, bentuknya agak mirip dodol, tapi lebih padat dan kaku. Pas aku tanya, si ibu bilang, “Ini kue Wajeb, Mbak. Khas Jepara.”
Aku beli dua. Satu langsung aku makan di tempat, dan yang satu lagi aku bawa pulang. Serius, dari gigitan pertama aku langsung mikir, “Kok bisa seenak ini dan gak pernah muncul di FYP TikTok gue, ya?”
Rasanya Gimana, Sih?
Oke, deskripsi jujur ala lidah orang awam ya:
Wajeb itu manis, tapi bukan yang bikin enek. Legit, kenyal, aromanya wangi banget karena dibungkus daun pisang dan dimasak lama. Rasanya dominan dari ketan dan gula merah, jadi ada kesan earthy dan alami.
Nggak ada pewarna, nggak ada pengawet, apalagi topping fancy-fancy kayak zaman sekarang. Tapi justru itu yang bikin dia istimewa. Rasanya tuh… jujur.
Asal Usul dan Makna Budaya Kue Wajeb
Setelah jatuh cinta dari gigitan pertama, aku mulai cari tahu lebih dalam soal kue ini. Ternyata, kue wajeb itu punya nilai sejarah yang panjang. Dulunya, kue ini sering disajikan saat hajatan atau acara penting di Jepara. Jadi bukan sembarang jajanan, tapi ada nilai sakral dan kebersamaan di baliknya.
Namanya aja “wajeb” yang menurut beberapa orang, konon berasal dari kata “wajib” karena dulunya emang wajib ada dalam setiap perayaan keluarga.
Tapi ya itu tadi… makin ke sini, makin sedikit yang bikin. Banyak orang udah lupa atau males bikin karena prosesnya ribet. Dan sedihnya, di pasar modern atau swalayan, kamu gak bakal nemu kue ini. Di marketplace juga nyaris nggak ada.
Coba Bikin Sendiri: Tantangan dan Cerita Seru
Sebagai seseorang yang udah kepalang cinta, aku iseng coba bikin sendiri kue wajeb di rumah. Gue cari resep dari beberapa sumber, lalu aku kombinasikan.
Bahan-bahannya:
500 gram tepung ketan
300 gram gula merah (disisir halus)
200 ml santan kental
1 sdt garam
Daun pisang untuk membungkus
Prosesnya?
Ya ampun, ribet tapi satisfying banget!
Campur tepung ketan dengan santan secara bertahap sampai adonan kalis.
Masak gula merah dengan sedikit air sampai larut, saring, lalu campurkan ke adonan tepung.
Uleni adonan sampai benar-benar merata dan agak kenyal.
Bungkus pakai daun pisang yang sudah dilayukan sebentar biar lentur, bentuknya kotak pipih.
Kukus selama kurang lebih 1 jam. Iya, serius, satu jam. Sambil nunggu, aku nyapu, bikin kopi, sampai akhirnya ngupas bawang buat masak sore. 😅
Hasilnya?
Nggak 100% mirip kayak yang aku beli di pasar Jepara, tapi cukup buat nostalgia. Dan yang paling penting: anakku suka. Bahkan dia bilang, “Ini enak, kayak permen tapi bisa digigit.” Aku ngakak, tapi juga bangga.
Tips Penting Kalau Mau Bikin Sendiri
Dari pengalaman bikin, aku dapat beberapa pelajaran yang bisa kamu pakai juga:
Gunakan santan asli, bukan instan.
Rasanya beda jauh! Yang instan kadang ninggalin rasa ‘palsu’ di mulut.Pilih daun pisang yang tua.
Daun muda itu gampang robek waktu dilipat. Daun tua lebih lentur setelah dilayukan.Jangan buru-buru kukus.
Kue wajeb itu butuh kesabaran. Kalau dikukus terlalu cepat atau api terlalu besar, teksturnya bisa pecah dan gak kenyal.Simpen di suhu ruang, jangan di kulkas.
Kalau masuk kulkas, dia jadi keras dan hilang sensasi lembutnya.
Kenapa Kue Wajeb Harus Dilestarikan
Aku tahu, tren makanan sekarang itu lebih ke arah Korean food, Japanese snack, atau yang aesthetic dan cocok buat difoto. Tapi kue wajeb punya cerita. Dia itu warisan. Dan kalau kita gak mulai dari sekarang buat ngenalin ke anak-anak atau bikin sendiri, siapa lagi?
Bahkan, aku sempat kepikiran buat bikin usaha kecil-kecilan kue wajeb online. Tapi ya, perlu persiapan matang. Paling nggak, sekarang aku udah bikin kontennya dulu aja, biar yang baca bisa ikut coba dan tau kalau kue ini tuh worth it banget buat dilestarikan.
Di era sekarang, banyak orang nyari makanan karena viral. Tapi dari kue wajeb aku belajar, nggak semua yang nggak viral itu kalah enak. Kadang, makanan yang nggak populer justru punya rasa dan makna yang dalam banget.
Kue wajeb itu bukti kalau kuliner Indonesia punya harta karun yang belum semuanya kita gali. Dan kalau kita nggak mulai melestarikan, bisa jadi satu-satu makanan ini lenyap ditelan waktu.
Jadi, kalau kamu main ke Jepara, jangan cuma cari ukiran atau pantai. Coba deh cari juga kue wajeb. Dan kalau bisa—bikin sendiri. Karena kadang, rasa paling enak itu datang dari usaha sendiri dan memori yang kita ciptakan bareng keluarga.
Baca Juga Artikel Ini: Bola Ubi Kopong Anti Gagal: Cerita, Tips, dan Trik dari Dapur Sendiri