The Division Resurgence Jujur aja, waktu pertama kali dengar tentang The Division Resurgence, saya sempat skeptis. “Game AAA di HP? Jangan-jangan cuma gimmick doang.” Tapi karena saya penggemar The Division Resurgence 1 dan 2 di PC, akhirnya saya mutusin buat coba versi mobilenya juga.
Ternyata, saya salah besar. Game ini bukan cuma port murahan. Ubisoft bikin versi mobile ini dengan cukup niat. Bukan sekadar ngecilin grafis, tapi benar-benar bikin pengalaman main yang bisa dinikmati di layar kecil. Mulai dari misi, sistem loot, sampai elemen co-op—semua diadaptasi dengan lumayan baik. Jika kalian Penasaran dengan game ini kalian bisa download di sini
Pertama Kali Masuk ke New York yang Kacau
Contents
- 1 Pertama Kali Masuk ke New York yang Kacau
- 1.1 Build Karakter: Sumber Kesalahan Pertama Saya
- 1.2 Looting Itu Asik Tapi Juga Bisa Melelahkan
- 1.3 Main Bareng Teman: Sumber Kekacauan dan Tawa
- 1.4 Masalah Utama: Baterai dan Suhu HP
- 1.5 Momen Paling Memuaskan: Solo Boss Fight yang Gak Disangka
- 1.6 Progression System: Gak Perlu Bayar, Asal Konsisten
- 1.7 Tips Buat Pemula Biar Nggak Kaget
- 1.8 Monetisasi dan Mikrotransaksi: Aman Tapi Tetap Harus Waspada
- 1.9 Kenapa Saya Masih Main Sampai Sekarang
- 1.10 Worth It Banget Buat Gamer Mobile
- 2 Author
The Division Resurgence Saat loading awal, saya disambut cutscene khas The Division. Masih latar di New York yang kacau balau akibat virus. Gak tahu kenapa, saya selalu suka latar kayak gini—mirip post-apocalyptic tapi tetap grounded.
Gameplay-nya mulai dari tutorial singkat. Di sini saya langsung nyadar: kontrolnya surprisingly enak. Tombol virtual-nya responsif, dan ada fitur auto-fire yang sangat membantu, terutama buat kita yang tangannya nggak sekenceng pemain pro.
Satu hal yang langsung bikin saya betah? Atmosfer-nya. Walaupun ini game mobile, desain suaranya tetap intens. Langkah kaki, suara peluru, sampai ambiance jalanan kota—semua bikin saya merasa benar-benar ada di tengah kerusuhan.
Build Karakter: Sumber Kesalahan Pertama Saya
The Division Resurgence Nah, masuk ke bagian build karakter—di sinilah saya sempat bikin kesalahan besar. Karena saya terbiasa pakai senjata jarak jauh di versi PC, saya pikir pakai marksman rifle di mobile juga bakal nyaman. Ternyata… salah total.
Kontrol aiming di layar kecil bikin saya kesulitan buat bidik kepala. Akibatnya, saya sering banget mati konyol. Dari sini saya sadar, The Division Resurgence butuh pendekatan yang beda. Akhirnya saya beralih ke SMG dan fokus ke build DPS jarak dekat. Lebih agresif, lebih cocok sama gaya main di HP.
Tips dari saya: cobain dulu semua tipe senjata. Jangan terlalu cepat ngambil keputusan. Soalnya, gaya main di mobile itu sangat dipengaruhi kenyamanan tangan.
Looting Itu Asik Tapi Juga Bisa Melelahkan
Satu aspek yang bikin saya terus main adalah sistem loot-nya. Tiap selesai misi, selalu ada aja loot baru. Entah itu gear, mod, atau senjata unik. Tapi ya, seperti biasa… kadang loot yang kita dapat nggak sesuai harapan.
Di titik ini, saya sempat ngerasa capek juga. Karena grind-nya lumayan. Kalau kamu main tanpa top-up, sabar dan konsistensi itu kunci banget. Tapi jangan khawatir, game ini nggak pay-to-win kok. Semua gear bisa didapetin lewat main biasa.
Transisinya, setelah saya terbiasa dengan ritme grind ini, justru ada kepuasan tersendiri. Apalagi pas dapet gear legendaris hasil ngebunuh boss bareng temen. Rasanya kayak menang gacha langka!
Main Bareng Teman: Sumber Kekacauan dan Tawa
Salah satu highlight utama The Division Resurgence adalah fitur co-op. Saya sempat ngajak dua teman buat mabar di mode misi dan dark zone. Awalnya lancar, tapi begitu masuk dark zone? Hahaha, kacau banget.
Dark zone di game ini memang brutal. Bukan cuma musuh AI yang ngelawan, tapi juga pemain lain bisa ngehajar kita. Di sinilah saya dan tim sering banget jadi korban. Pernah satu waktu, udah susah payah looting, tinggal evakuasi—eh, malah disergap tim lain.
Walaupun frustasi, tapi itulah serunya. Ada elemen ketidakpastian yang bikin adrenalin naik. Jadi kalau kamu main game ini, pastikan kamu punya satu tim yang solid dan bisa komunikasi.
Masalah Utama: Baterai dan Suhu HP
Sekarang masuk ke bagian yang sedikit menyebalkan. Karena game ini cukup berat, HP saya kadang panas banget. Bahkan, saya pernah main sejam dan HP langsung minta “cooldown.” Baterainya juga cepet ngedrop.
Untuk ngakalinnya, saya akhirnya beli kipas tambahan. Kedengarannya lebay, tapi beneran bantu banget. Jadi kalau kamu niat main serius, siapin peralatan pendukung. Minimal main di tempat adem dan jangan sambil ngecas—biar HP nggak meledak, hehe.
Momen Paling Memuaskan: Solo Boss Fight yang Gak Disangka
Saya masih inget banget satu momen yang bikin saya merinding sendiri. Waktu itu saya nyasar ke satu area level tinggi. Harusnya saya belum cukup kuat, tapi entah kenapa saya pengen coba.
Boss-nya gede, brutal, dan punya banyak skill AOE. Tapi karena saya udah familiar sama timing serangannya, saya bisa survive cukup lama. Perlahan, satu per satu peluru saya masuk. Dan akhirnya… saya menang. Sendiri.
Itu momen yang bikin saya makin cinta sama game ini. Karena skill tetap berperan besar, bukan cuma soal gear atau level.
Progression System: Gak Perlu Bayar, Asal Konsisten
Sebagai gamer yang suka main gratisan, saya senang Ubisoft ngasih banyak pilihan untuk grinding. Semua gear dan skill bisa di-upgrade lewat misi dan daily quest. Ada battle pass sih, tapi yang versi gratis pun udah cukup buat menikmati progress-nya.
Saya biasanya main 1–2 jam sehari. Cukup buat dapet resource, naikin level, dan kumpulin gear. Kalau kamu konsisten, dalam sebulan kamu bisa punya build yang solid tanpa keluar uang.
Namun demikian, jangan berharap bisa langsung OP dalam seminggu. Progress-nya butuh waktu. Tapi justru itu yang bikin nagih. Karena setiap langkah punya hasil yang jelas.
Tips Buat Pemula Biar Nggak Kaget
Berdasarkan kesalahan saya sendiri, berikut beberapa tips yang bisa kamu ikuti kalau baru mulai main The Division Resurgence:
-
Jangan buru-buru upgrade semua gear. Fokus di satu build aja dulu.
-
Pilih kelas yang cocok sama gaya main kamu. Ada Vanguard, Demolitionist, dan lainnya—masing-masing punya skill unik.
-
Selalu jaga jarak di PvP. Jangan sok jago kalau belum kenal peta.
-
Manfaatkan sistem cover. Ini bukan game Rambo. Sabar dan taktis lebih penting.
-
Main sama temen. Serius deh, lebih seru dan survival rate-nya naik drastis.
Dengan kata lain, sabar, belajar dari kesalahan, dan jangan ragu eksplorasi.
Monetisasi dan Mikrotransaksi: Aman Tapi Tetap Harus Waspada
Soal monetisasi, saya harus kasih kredit ke Ubisoft. Mereka gak terlalu agresif dalam menjual item. Mikrotransaksi ada, tapi mostly kosmetik dan booster.
Tapi… tetap ada potensi jebakan. Kadang ditawarin bundle menarik pas kita baru kalah dari boss, bikin tergoda. Saran saya: pikir dua kali. Lebih baik nabung buat upgrade yang benar-benar berguna, atau malah nggak usah sama sekali.
Saya sendiri belum pernah top-up dan tetap bisa bersaing, kok.
Kenapa Saya Masih Main Sampai Sekarang
Udah lebih dari dua bulan saya main, dan masih belum bosen. Alasannya simpel: game ini punya kombinasi antara tantangan, komunitas aktif, dan sistem progression yang rewarding.
Selain itu, saya suka karena bisa main kapan aja. Di sela kerja, sebelum tidur, atau pas lagi nunggu sesuatu. Fleksibel banget.
Dan yang paling penting? Saya merasa benar-benar punya “cerita” di game ini. Setiap misi, setiap kekalahan, dan kemenangan punya nilai.
Worth It Banget Buat Gamer Mobile
Buat kamu yang suka game shooter dengan elemen RPG dan strategi, The Division Resurgence jelas wajib dicoba. Memang ada kekurangan seperti performa berat dan grind yang lama, tapi semua itu terbayar dengan pengalaman main yang seru dan imersif.
Saya pribadi bakal terus main dan eksplor lebih dalam lagi. Siapa tahu nanti bisa nulis lagi soal build terbaik atau tips dark zone yang lebih advanced.
Jadi, kalau kamu suka tantangan dan pengen game mobile yang serius, langsung aja download. Jangan lupa, siapin memori lega dan powerbank ya
Baca Juga Artikel Berikut: Eksplorasi Kebebasan Samurai dalam Ghost of Tsushima: Petualangan Legendaris di Era Feodal Jepang